Ad Code

Responsive Advertisement

Inspiratif! Togu Simorangkir: Hidup Kita Harus Berdampak Buat Orang Lain


 Founder Yayasan Alusi Tao Toba, Togu Simorangkir sudah begitu banyak menginspirasi anak-anak di Pulau Samosir, Sumatra Utara untuk bersekolah lebih tinggi.

Memiliki latar belakang lulusan Oxford Brookes University, Inggris, tak membuat Togu menjadi tinggi hati. Dia bahkan balik ke kampung halamannya dan memilih membangun daerahnya itu.

Padahal diketahui, Togu mendapat tawaran besar untuk melanjutkan S3 di Cambridge University dan diajak bekerja disalah satu perusahaan Uni Eropa.

Togu yang memegang filosofi orang Batak, yakni 3H, Hamoraon; kekayaan, Hagabeon; banyak keturunan, Hasangapon; status sosial tinggi, menyebut dirinya memegang terminologi yang berbeda dari hal itu.

Aku tetap memegang hamoraon, hagabeon, dan hasangapon tapi dengan terminolgi yang berbeda. Hamoraon di aku adalah banyak teman. Hasangapon di aku, ya hidup kita berdampak buat orang lain. Hagabeon di aku ya kita jadi inspirasi buat banyak orang, jelasnya pada saat wawancara eklusif bersama Kontributor Suara.com Rin Hindryati.

Bagi Togu memegang ketiga hal itu haruslah memberi dampak baik pada orang lain bukan sekedar ingin masuk surga.

Hidup kita harus berdampak buat orang lain. Jadi aku bikin quote yang tahun 2017: 'Berbuat baiklah bukan karena ingin masuk surga tapi karena Tuhan sudah baik sama kita.' Artinya seringkali kita manusia yang hidup saat ini, ingin berbuat baik karena apa? Kita selalu memikirkan surga. Kenapa enggak kita pikirkan: ketika kau hidup, kau berguna enggak buat orang lain, terang Togu.

Togu juga memberi alasan nyeleneh bahwa dirinya tidak mau masuk surga, lantaran di surga tidak ada minuman kesukaannya.

Kalau aku bilang, aku enggak mau masuk surga. Kenapa? Karena di surga enggak ada tuak, di neraka banyak. Ya udah aku di neraka aja. Tapi selama aku hidup aku ingin hidupku berdampak buat orang lain, lanjut Togu.

Laki-laki yang lahir 44 tahun lalu itu turut menanyakan mengapa manusia harus memikirkan hal yang terjadi setelah mereka meninggal. Padahal menurut Togu, harusnya manusia fokus pada apa yang dibuatnya ketika hidup.